. Kajian Salaf: Januari 2009

Rabu, 21 Januari 2009

Tuhmah ( tuduhan) berawal dari su'udzon

berawal dari suuzdzon buruk Sangka, penyakit hati yang berbahaya. Kita harus hati-hati, karena kalau hati kita tidak dibersihkan dari penyakit ini, maka kita tidak akan bisa bertaqarub dengan Allah, dan tidak bisa meni’mati hidup ini, malah kita akan sengsara dan menderita. Apa Bahayanya Suuzdon?
a. Mengakibatkan kekeruhan dan perpecahan dimasyarakat
b. Dapat memutusakan tali silaturrahmi antara keluarga dan karabat
c. Dapat membawa orang yang suuzdzon berbuat dosa-dosa yang lain seperti ‘tajasus (memata-matai) ‘ghibah’ dan curigad. Kalau suuzdzon ini dibiarkan, maka akan menjadikan ‘tuhmah’ atau tuduhan yang belum tentu benar dan dapat membawa pertumpahan darah.

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujuraat 12)

Disinilah Allah azza wajalla memerintahkankan kepada sesorang untuk melakukan ‘tabayun’, investigasi agar tidak terjadi tuhmah yang dapat mengakibatkan pertumpahan darah.

Tajasus dan Ghibah
Mengapa ayat diatas setelah berbicara masalah suuzdon, langsung berbicara masalah ‘tajasus’ (memata-mati) dan ghibah (mengupat)? Karena umumnya kalau orang sudah suuzdzon, suka ingin tahu, benar atau tidak sangkaan buruknya itu. Maka dia akan men-gadakan tajasus. Dan kalau hasil tajasusnya itu benar, maka dia akan menceritakannya kepada orang lain, maka dengan demikian dia telah bebuat ‘ghibah’ yang dilarang dengan keras oleh Islam.

Ghosip
Misalnya seorang istri menerima telepon dari seseorang tentang suaminya:”Hai hati-hati lo, suamimu punya hubungan dengan perempuan lain.” Maka sebagai istri yang baik seharusnya jangan langsung percaya, atau mengadakan investigasi. Malah sebaiknya dijawab, dengan kata-kata seperti:”saya tidak akan buruk sangka sama suami saya, saya akan memohon kepada Allah Azza wajalla untuk melindungi suami saya yang tercinta. Ah mungkin teman saya salah sangka.” Dengan demikian maka hati si-istri akan merasa lega. Kalau tidak maka, suasana kekeluargaan pasti akan keruh. Semua tingkah laku suami akan dicuri-gai. Setiap suami pulang terlambat, atau menelepon seseorang, siistri langsung akan curiga. Akhirnya si istri hidupnya menderita, dan tidak bahagia lagi.
Anak Pulang Lambat
Suatu hari seorang ibu agak gelisah kare-na anaknya yang perempuan pulang kerja agak terlembat. Daripada curiga atau su-uzdzon, siibu malah solat dan berdo’a: “Ya Allah! Engkau yang Maha Mengetahui segala sesuatu, segala rahasia yang ada di alam ini. Engkau tahu apa yang terjadi pada anak saya. Saya tidak mau buruk sangka, maka, ya Allah jagalah dia, janganlah saya dipisahkan denganya.” Baru saja selesai siibu itu berdo’a, terdengar suara telepon mendering, “Ibu maaf saya hari ini pu-langnya agak lambat, karena ada lembur (overtime), sebentar lagi saya pulang bu!.” Demikian terdengar suara anaknya. Itulah yang disebut dengan suara hati atau kontak batin. Siapa yang menghubungkan perasaan ibu yang gelisah itu kepada anaknya?. Adalah Allah yang mendengar do’a ibunya yang tidak suudzon itu. Itulah diantara keuntungan berhusnuzdzon (baik sangka) kepada Allah dan kepada orang lain.
Contoh-contoh di atas dapat menjadi pelajaran bagi kita agar berhusnudzon terhadap sesuatu hal.
Sekarang ini kita hidup pada zaman yang sulit, penuh kerusakan dan fitnah. Kita hidup pada zaman yang orang-orangnya hidup dengan penuh kontradiksi, kecuali insan-insan yang Allah berikan rahmat-Nya kepadanya (yang akan terlindung dari fitnah ini). Kontradiksi, yang kini sebagian orang dari umat ini sudah terbiasa bergaul dan hidup dengannya, telah menjerumuskan mereka ke dalam ketidakpahaman. Bahkan menjerumuskan ke dalam pemahaman yang keliru dan terbalik. Karena, apabila ketidakpahaman sebagai suatu kesalahan yang ringan, maka pemahaman yang keliru dan terbalik adalah kesalahan yang berlipat ganda dan fatal. Akhirnya, jatuhlah manusia ke dalam kejahilan (kebodohan), yang pada hakikatnya berasal dari diri mereka sendiri. Namun, kemudian mereka putar-balikkan, mereka tuduhkan dan mereka lontarkan kepada orang lain.

MENUDUH ADALAH "LAGU LAMA" ORANG-ORANG BODOH DAN MENYIMPANG
Pintu tuduhan dan lontaran syubhat merupakan pintu yang sudah lama dan usang. Pintu ini sudah sering menimpa orang-orang yang konsisten dengan al Haq (kebenaran). Jarang di antara mereka yang selamat dari tuduhan ini. Bahkan Rabbul 'Alamin (Allah) Subhanahu wa Ta’ala pun terkena tuduhan-tuduhan dusta, dan hanya bagi-Nya segala perumpamaan yang Maha Tinggi. Allah pun dituduh tanpa haq sama sekali! Hingga Allah menurunkan ayat-ayat yang banyak untuk membantah orang-orang bodoh yang dipenuhi dengan syubhat. Orang-orang bodoh itu tidak menghargai dan tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benar penghargaan dan pengagungan. Seperti firman-Nya

“Artinya : Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." [Al-Ikhlash : 1-4]

Sebagai bantahan kepada orang-orang bodoh yang berkata bahwa Allah memiliki anak. Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi.

Rasulullah Shallallahu ‘laiahi wa sallam pun dituduh. Beliau dituduh sebagai seorang penyair. Allah pun turunkan ayat untuk membantah tuduhan tersebut. Allah berfirman.

“Artinya : Dan al-Qur`an itu bukanlah perkataan seorang penyair, . .”[Al-Haqqah : 41]

Para sahabat radhiyallahu ‘anhum juga dituduh. Mereka dituduh, bahwa mereka merebut kekuasaan dan kepemimpinan. Mereka dituduh dengan tanpa haq. Dan begitulah seterusnya! Mereka (para sahabat) dan orang-orang yang berpegang teguh dengan al Haq terus dituduh dan dituduh.

Lihatlah kaum Nuh ‘Alaihis Sallam ! Mereka menuduh Nabi mereka. Padahal ia telah tinggal dan hidup bersama mereka dalam waktu yang sangat lama, namun, ia tetap tidak selamat dari tuduhan. Mereka menuduhnya tatkala sudah tidak mampu lagi mengungkapkan dan mengemukakan hujjah, dalil, dan bukti kepada Nabi Nuh Alaihis Sallam . Bagaimana firman Allah tentang mereka? Allah berfirman.

“Artinya : Mereka berkata; "Hai Nuh! Sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami adzab yang kamu ancamkan kepada kami! Jika kamu termasuk orang-orang yang benar". [Hud : 32]

Mereka melontarkan tuduhan-tuduhan kepadanya. Mereka menuduh nuh sebagai tukang jidal (bantah). Padahal (mereka mengetahui), bahwa Nuh menyampaikan al Haq, berbicara dengan yang haq, dan tidaklah ia berpegang teguh kecuali dengan al Haq, karena ia seorang Nabi! Namun betapapun demikian, orang-orang yang menyelisihi al Haq tetap tidak mau tunduk dan patuh. Bahkan mereka semakin membangkang, mengejek, mencemooh, dan mendustakan. (Akhirnya) mereka pun semakin jauh terperosok ke dalam syubhat, dan semakin gencar melontarkan syubhat.

SYUBHAT BERSUMBER DARI DUA PENYAKIT BERBAHAYA
Tuduhan-tuduhan yang dilontarkan dengan dibalut pakaian syubhat ini bersumber dari dua penyakit kronis yang telah menyerang para pelakunya.
Penyakit pertama : Ialah sedikitnya ilmu. Seandainya pada diri mereka terdapat ilmu, bukti, dan penjelasan yang benar, tentulah al haq dan al huda (petunjuk) itu dapat langsung dikenal dengan mudah dari para da'i dan orang yang berpegang teguh dengannya. Namun, sayangnya mereka bagaikan perumpamaan Arab (dia tetap seekor kambing walaupun terbang). Mereka - memaksakan diri- ingin memunculkan segala sesuatu yang ada dalam pikiran-pikiran dan kepala-kepala mereka, walaupun dengan syubhat yang paling lemah sekalipun, dan meskipun dengan sebab yang paling remeh sekalipun.
Penyakit kedua : Yaitu lemah dan tipisnya agama. Seandainya agama mereka kokoh dan kuat, tentulah tidak akan tergesa-gesa melontarkan tuduhan-tuduhan yang mereka bangun berdasarkan prasangka, ketidakpastian dan tanpa ilmu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabdakita hidup pada zaman yang sulit, penuh kerusakan dan fitnah. Kita hidup pada zaman yang orang-orangnya hidup dengan penuh kontradiksi, kecuali insan-insan yang Allah berikan rahmat-Nya kepadanya (yang akan terlindung dari fitnah ini). Kontradiksi, yang kini sebagian orang dari umat ini sudah terbiasa bergaul dan hidup dengannya, telah menjerumuskan mereka ke dalam ketidakpahaman. Bahkan menjerumuskan ke dalam pemahaman yang keliru dan terbalik. Karena, apabila ketidakpahaman sebagai suatu kesalahan yang ringan, maka pemahaman yang keliru dan terbalik adalah kesalahan yang berlipat ganda dan fatal. Akhirnya, jatuhlah manusia ke dalam kejahilan (kebodohan), yang pada hakikatnya berasal dari diri mereka sendiri. Namun, kemudian mereka putar-balikkan, mereka tuduhkan dan mereka lontarkan kepada orang lain. “Artinya : ..Dan barangsiapa yang berkata kepada seorang mukmin sesuatu yang tidak ada padanya, Allah akan tempatkan dia di radghatul-khabal, sampai ia keluar dari apa yang ia ucapkan” [2]
Dan radghatul-khabal adalah cairan (perasan) para penghuni neraka”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Artinya : Waspadalah kalian dari berprasangka, karena sesungguhnya prasangka itu sedusta-dusta perkataan…” [3]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Artinya : Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya, seperti ia mencintai untuk dirinya sendiri” [4]
Seandainya pada diri mereka terdapat ilmu yang cukup dan keimanan yang melindungi (mereka dari perbuataan tercela ini, Red.), tentulah mereka tidak akan berani menyelami samudera tuduhan, fitnah, celaan, dan syubhat yang memecah-belah umat ini.. Inilah salah satu syubhat dari beragam syubhat mereka, yang akan datang bantahan dan jawabannya, insya Allah Ta'ala

NASIHAT AL IMAM IBNUL QAYYIM DALAM MENGHADAPI SYUBHAT
Al Imam Ibnul Qayyim -dalam kitabnya Miftahu Daris-Sa'adah- berkata: "Tatkala syubhat-syubhat begitu banyak bertumpuk di depan diriku, dan tatkala keinginan-keinginan (tidak baik) berdatangan kepadaku, aku adukan semuanya ini kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah" [5]
Jadi, ketika syubhat-syubhat muncul, pada saat itu muncul pula kegelapan. Lalu dengan adanya ilmu, datanglah cahaya terang.
Syubhat-syubhat telah mendatangi seorang murid ini (al Imam Ibnul Qayyim). Lantas ia pun segera bergegas menuju gurunya untuk belajar, meminta fatwa dan penjelasan tentang al haq dari gurunya.
Ia berkata, "Aku pun pergi kepada Syaikh kami, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Lalu aku beritahu beliau tentang syubhat-syubhat dan keinginan-keinginan (buruk) ini. Beliau berkata kepadaku,'Jadikan hatimu seperti cermin; jika datang syubhat kepadamu, syubhat tersebut akan kembali berbalik kepada orang yang melontarkan dan mengatakannya. Dan jangan jadikan hatimu seperti busa; jika datang syubhat kepadamu, ia akan menyerap dan menelannya'."
Demikianlah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menasehati muridnya, hingga al- Imam Ibnul Qayyim pun berkata: "Demi Allah, aku belum pernah mendapatkan manfaat setelah aku masuk Islam dari sebuah wasiat dan nasihat seperti manfaat (yang aku dapatkan) pada wasiat dan nasihat ini"[6]
__________Foote Note[1].Yang disampaikan sebelumnya oleh Syaikh Salim bin Id Al-Hilali –hafizhahullah-[2]. HR Abu Dawud (3/305 no. 3597), Ahmad (2/82), dan lain-lain, dari hadits Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dan ini lafazh dalam Sunan Abi Dawud. As-Silsilah ash-Shahihah (1/798 no. 437)[3]. HR Al-Bukhari (5/1976, 2253 no. 4849 dan 5717, 6/2474 no. 6345), Muslim (4/1985 no. 2563), dan lain-lain, dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.[4]. HR Al-Bukhari (1/14 no. 13), Muslim (1/67, 68 no. 45), dan lain-lain, dari hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu[5]. Syaikh Ali bin Hasan –hafizhahullah- membawakan perkataan Al-Imam Ibnul Qayyim ini secara makna. Lihat Miftahu Daris Sa’adah (1/442-443)[6]. Perkataan Syaikhul Islam dan Al-Imam Ibnul Qayyim ini pun dibawakan Syaikh Ali bin Hasan -hafizhahullah- secara makna. Kemudian beliau mengomentari wasiat syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ini dan berkata : “Kata-kata yang sudah sepantasnya ditulis dengan air mata, karena begitu agungnya. Maka, hafalkanlah!”. Lihat catatan kaki dalam tahqiq beliau terhadap kitab ini, Miftahu Daris Sa’adah (1/443)\
Dirangkum dari berbagai sumber Selengkapnya...
 

Mengenai Saya

Foto Saya
dwinggy
Sebuah keinginan untuk mencari cinta sejati, petualangan yang tidak pernah berenti di dunia ini, mencari Islam yang hakiki, haus dengan ilmu Al Quran dan Assunnah, hidup di alam sunnah dengan bahagia. Bahagia di atas manhaj salaf
Lihat profil lengkapku

Pengikut

Cool Blue Outer Glow Pointer
© 2009 Free Blogger Template powered by Blogger.com | Designed by Amatullah |Template Design