. Kajian Salaf: Desember 2008

Minggu, 14 Desember 2008

Sekali lagi, AMROZI CS., MATI SYAHIDKAH? (Fatwa Syaikh Ubaid Al-Jabiri - Update)

PERTANYAAN:

Syaikh yang mulia, beberapa hari yang lalu telah dijalankan hukuman eksekusi terhadap orang-orang yang melakukan peledakan di kota Bali, Indonesia, enam tahun silam. Telah terjadi fitnah setelahnya terhadap banyak manusia, dimana penguburan jenazah mereka dihadiri oleh sejumlah manusia yang sangat banyak. Mereka juga memastikan pelbagai kabar gembira tentang jenazah yang telah dieksekusi tersebut berupa, senyuman di wajah mereka setelah eksekusi, wewangian harum yang tercium dari jenazah mereka, dan selainnya. Mereka mengatakan pula bahwa itu adalah tanda mati syahid, dan perbedaan anmtara hak dan batil pada hari penguburan jenazah. Apakah ada nasihat bagi kaum muslimin secara umum di negeri kami. Wa Jazaakumullahu Khairan.

JAWAB:

Bismillahirrahmanirrahim,

الحمد لله رب العالمين, والعاقبة, ولا علا عدوان إلا علا الظالمين, وأشهد أن لا إله إلا الله و حده لا شريك له, الملك الحق المبين, وأشهد أن محمدا عبده ورسوله سيد ولد اَدم أجمعين, صلى الله عليه وعلى اَله وأصابه الطاهرين, وسلم تسلما كثيا على مر الأيام والليالي والشهور والسنين.

‘Amma ba’du,

Bukanlah suatu hal yang aneh pada kalangan awam dan mereka yang tidak memiliki pemahaman terhadap As-Sunnah akan terjadi pada mereka seperti yang tersebut dalam pertanyaan, saat mereka mengiringi jenazah (para pelaku pengeboman) yang dieksekusi oleh pemerintah Indonesia. Orang-orang tersebut dieksekusi, lantaran perbuatan mereka menghilangkan harta benda dan nyawa, (dan ini) adalah kaum Khawarij yang mengkafirkan kaum muslimin karena dosa, baik dilakukan oleh pemerintah maupun rakyat.

Siapa yang memahami As-Sunnah, maka ia akan mengetahui bahwa eksekusi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap mereka adalah perkara yang sangat tepat dan kebenaran semata.

Siapa yang mengetahui sejarah kaum Khawarij semenjak masa shahabat dan sepanjang perguliran masa ke masa, maka akan nampak baginya bahwa apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang dieksekusi itu adalah perbuatan khuruj (pembangkangan, kudeta) terhadap pemerintah muslim dan pelanggaran terhadap pelbagai kehormatan, berupa nyawa yang terjaga dan harta. Bahkan, perbuatan kaum Khawarij pada hari ini adalah bentuk dari perbuatan kaum Bathiniyah.

Diantara perbuatan kaum Bathiniyah adalah, beberapa masa yang lalu mereka menduduki Baitul Haram dan menumpahkan darh-darah yang terjaga serta mengambil Hajar Aswad, sehingga menghilang dari kaum muslimin sekian lama, sebab mereka membawanya ke Baghdad atau tempat lain –sebagaimana yang diberitakan-

Berikut ini adalah nasihat dariku kepada saudara-saudarku, yaitu kaum muslimin di Indonesia –Semoga Allah menjaga Negara mereka dan Negara kami dari segala keburukan dan kejelekan- dalam dua hal :

Pertama, tentang keterangan yang ditunjukkanoleh hadits-hadits yang mutawatir dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang celaan terhadap kaum khawarij sepanjang masa, abad dan tahun-selama-lamanya-, serta cercaan dan kemurkaan atas mereka.

Beliau menggelari bahwa,”Mereka adalah anjing-anjing neraka” dan “Mereka berbicara dari ucapan manusia terbaik, akan tetapi mereka keluar dari Islam seperti tembusnyaanak panah dari buruannya.”

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam (juga) memerintahkan untuk membunuh dan memerangi mereka. Beliau bersabda “Mereka adalah seburuk-buruk makhluk dan yang paling buruk tabiatnya,” “Mayat mereka adalah seburuk-buruk mayat di kolong langit” “Berbahagialah orang yang membunuh mereka dan dibunuh mereka”,”Kalau aku dapati mereka niscaya aku akan binasakan mereka seperti binasanya kaum ‘Ad dan Iram.”

Beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Saat terjidinyaperpecahan di antara kaum muslimin, akan keluarlah di antara mereka maariqah[i]yang akan diperangi oleh kelompok yang paling dekat dengan kebenaran, kemudian kelompok yang berada di atas kebenaran tersebut dapat membasmi mereka.”

Benarlah sabda beliau ini. Penduduk Nahrawan di Irak melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan ‘Ali radhiallahu ‘anhu. Perang terhadap mereka saat itu di bawah pimpinan ‘Ali radhiallahu ‘anhu bersama para tokoh Islam dari kalangan shahabat dan tabi’in.

‘Ali dan para shahabatnya radhiallahu ‘anhum (berada di atas) kebenaran dalam memerangi kaum Khawarij, sebagaimana faksinya lebih dekat kepada kebenaran dari faksi Mu’awiyah dan para shahabatnya radhiallahu ‘anhum.

Kedua, wajib atas setiap muslim untuk membenci kaum Khawarij, dan membantu pihak berwajib untuk membongkar kedok mereka. Sebab, menutupi dan tidak menunjukkan markas dan (kamp) konsentrasi mereka adalah membantu mereka dalam dosa dan permusuhan. Tidak bisa terlepas tanggung jawab seorang muslim yang mengetahui rencana dari perencanaan yang membahayakan ahlul Islam berupa pembunuhan jiwa, baik yang terjaga dengan Islam karena sebagai pemeluknya, atau terjaga dengan Islam karena hubungan perjanjian. Yang kami maksud dengan terjaga dengan Islam karena perjanjian adalah kaum kuffar yang tinggal di tengah-tengah kaum muslimin, baik sebagai pekerja atau penduduk. Mereka mendapatkan perlindungan, perjanjian dan keamanan dari pemerintah yang muslim.

Jangan berimpati kepada mereka denan melakukan demonstrasi, keluar ke jalan-jalan (membentuk) konsentrasi massa, atau penghujatan di media massa, baik koran, radio, televise atau selainnya.

Tidak ada yang menggelari mereka dengan syuhada (orang yang mati syahid), kecuali dua jenis manusia:

Pertama, orang bodoh yang tidak memiliki pemahaman terhadap As-Sunnah yang dapat membedakan antara petunjuk dan kesesatan, antara hak dan batil, dan antara sunnah dan bid’ah.

Kedua, pengekor hawa nafsu dan orang-orang sesat yang menyinpang dari As-Sunnah. Mereka melakukan demonstrasi, penghujatan, konsentrasi massa, dan memuji kaum Khawarij yang menyimpang tersebut.

Di antara upaya mereka untuk memuji mereka adalah menyebutkan karamah –sebagaimana tersebut dalam pertanyaan-. Ini termasuk kedustaan, kebihongan, bahan tertawaan manusia, anjuran terhadap bid’ah, menyebarkan kesesatan, membungkam As-Sunnah dan mengangkat bid’ah serta membantu parapelakunya.

Mereka tidak diterimapersaksiannya, sebab mereka adalah musuh Ahlus Sunnah. Di antara prinsip dasar dna pokok-pokok tersebut adalah bolhnya berdusta dalam membela mereka dan membantu penyebaran kebatilan mereka.

Hati-hati dan berhati-hatilah, wahai kaum muslimin dan muslimah, saudara dan saudari kami serta anak-anak kami di Indonesia, untuk tidak tertipu dengan mereka.

Saya nasihatkan pula kepada ahlul ilmi di negeri kalian untuk segera menyinkap kesesatan ini dan membantahnya dengan ilmu yang dibangun di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Inilah yang dapat aku sampaikan sebagai jawaban dari pertanyaan yang terbit di Makassar, Sulawesi (Selatan) di Indonesia –semoga Allah menjaga negeri ini dan seluruh kaummuslimin dari keburukan dna kejelekan. Juga aku memohon kepada-Nya Jalla wa ‘Alla agar menyatukan para pemimpin dengan rakyatnya di atas apayang diridhai-Nya terhadap hamba-Nya dari keislaman dan As-Sunnah.

‘Ubaid bin ‘Abdillah bin Sulaiman

(Mantan Dosen Universitas Islam Madinah)

Pada Malam Selasa, 20 Dzulqa’dah 1429 H

Bertepatan dengan

Malam 18 November 2008
Sumber : SALAFIYUNPAD™.Wordpress.Com Selengkapnya...

Tanya Jawab Sekitar Hajr dan Pemboikotan

Pertanyaan :
Hajr dan pemboikotan merupakan wasilah (media atau sarana) dalam dakwah semoga orang yang dihajr itu kembali kepada kebenaran, bukan merupakan tujuan yang harus dicapai dalam dakwah. Bagaimana fenomena yang ada sekarang? Apakah hajr yang kita lakukan kepada sebagian teman kita sudah sesuai menurut aturan mainnya atau belum? Apakah kita terjauh dari krakter hajr hizbiyah atau sebaliknya kita terjatuh di jurangnya yang dalam ?

Jawaban :
Oleh : Redaksi Majalah As-Asholah.
( Majalah ini diterbitkan di Jordan -edisi perdana 15 Rabiustani 1413 H, team redaksinya adalah : syeikh Salim Ied Hilaali, syeikh Ali Hasan Abdul Hamid, Syeikh Muhammad Musa Nasr, dan Syeikh Masyhur Hasan)
Alih bahasa : Muhammad Elvi Syam, Lc.

Hajr (pemboikotan) termasuk manhaj yang mendasar dari manhaj ahli Sunnah Wal Jamaah – pengikut salaf dan ahli hadits – untuk membantah orang-orang yang menyelisihi, sebagai sangsi terhadap ahli bidah, dan menghina kesalahan serta menolak kebingungan mereka.

Tatkala manhaj ini didirikan di atas tonggak yang kokoh, dan pondasi yang kuat, yaitu Al-wala ( berloyalitas ) di antara orang-orang mukmin dan Al-baro ( berlepasdiri ) dari orang-orang yang sesat dan menyimpang ( dari Agama ), maka haruslah meletakkan manhaj ini pada posisinya, tanpa mencampuradukkan di antara sebab-sebabnya.

Dalam masa-masa terakhir dari kehidupan kaum muslimin ini tampak di medan amal islami, gambaran yang aneh dan jauh dari Islam. Gambaran itu adalah tahazzub ( berpartai-partai), bergolong-golongan dan berkelompok-kelompok kecil. Hal ini menjadikan pemegang manhaj ini ( manhaj tahazzub) membuat dasar-dasar kaidah yang khusus untuk menjaga struktur dan keberadaan mereka. Dan untuk mengikat dan memelihara anggota-anggota mereka dari pemikiran-pemikiran yang masuk ke dalam kelompok mereka.

Anda akan melihat mereka, yang tidak mengijinkan anggota-anggotanya untuk bermajlis dengan penuntut-penuntut ilmu. Jika mereka mengijinkan, mereka membatasi anggota-anggotanya dengan batasan-batasan yang ketat. Apa bila mereka melihat perubahan pada pemikiran-pemikiran anggota-anggotanya, maka mereka pun melarang anggota-anggotanya itu untuk kembali datang ke majlis orang-orang yang memberi teguran tersebut ( penuntut-penuntut ilmu tadi ). Jika anggota-anggotanya bersikukuh ( bersikeras untuk datang ke majlis tersebut ), maka mereka mengeluarkan instruksi-instruksi untuk pemutusan hubungan dan hajr ( pemboikotan ).

Dalam makalah ini kami tidak mendiskusikan masalah hizbiyyah (fanatisme golongan ) dari akar-akarnya, - sebab sudah ada tulisan-tulisan yang khusus membahasnya- akan tetapi kami ingin melirikkan pandangan ke sekelompok manusia yang mencampuradukkan antara manhaj yang benar dengan manhaj yang bersifat terorisme di dalam masalah pemboikotan dan pemutusan hubungan ini.

Ya… Kami mengatakan terorisme, karena manhaj ini berdiri di atas teror pemikiran, yang tidak membiarkan sentuhan (kritikan) sekecil apapun terhadap salah seorang darin tokoh-tokoh yang diagungkan di kalangan mereka. Apakah sentuhan (kritikan) itu dengan kebenaran yang terang atau dengan kebatilan yang buruk. Maka dua hal ini tidaklah sama.

Di antara gambaran pemutusan hubungan dengan cara bathil (tidak sah) ini adalah :
Kalau sebagian orang menulis suatu tulisan atau buku, yang mana di dalamnya dia mengkritik suatu pemikiran, atau memperingatkan suatu kesalahan atau membenarkan suatu manhaj, maka hal tersebut menjadi pembuka pintu pergulatan pemutusan hubungan dari mereka, terhadap orang yang mengkritik dengan kebenaran ini. Sampai-sampai, miskipun yang mengkritik itu dari ahli sunnah dan para dainya.

Maka pintu-pintu pun tidak dibukakan untuknya!
Bahkan perkataan dan kedustaan pun disebarkan terhadap dirinya!
Bahkan tombak-tombak makar dan tuduhan pun dilontarkan ke dadanya!
Bahkan buku-buku dan tulisan-tulisannya dilarang!
Bahkan dia dihalangi dari rekan-rekannya dari kalangan dai dan penuntut ilmu!
Bahkan manusia pun diperingatkan (ditahzir) dan dijauhkan dari dirinya!

Hal ini merupakan manhaj yang jauh dari bersihnya persaudaraan islam dan jernihnya kejujuran kasih sayang syari. Bahkan itu merupakan pukulan terhadap intisari ukhuwah islamiyah, karena Nabi Muhammad - sholallahu alaihi wa sallam – bersabda :

artinya : Sekuat - kuat tali keimanan itu adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah .

Karena, perbuatan tersebut merupakan cinta terhadap individu-individu dan benci karena pemikiran semata.

Sampai kapankah pilihan ummat ini – mereka adalah para dai – akan tetap menjadi tawanan (dikuasai) loyalitas hizby yang dibenci !!

Kapankah para dai ini akan keluar dari jurang yang dalam yang mereka menjatuhkan diri mereka sendiri ke dalamnya ?

Kapankah kaum muslimin akan bebas dari belenggu pengagungan individu-individu serta pengkultusannya, supaya mereka bisa terangkat dengan diri mereka sendiri menggapai ketinggian kebenaran dan petunjuk!

Kami mengira sesungguhnya manhaj pemutusan hubungan yang baru lagi tercela ini, mengingatkan kita akan gambaran pergulatan yang lama antara (keluhuran) ahli rayi bersama ahli hadits. Dan mengembalikan kita ke ring tipu muslihat (kezoliman) orang Asyari terhadap orang Hanabilah pada masa abad pertengahan.

Semoga Misk Khitam ( kata penutup dari majalah ) pada kesempatan kali ini merupakan jalan untuk perbaikan dan kemajuan, demi melangkah ke depan.


[Kontributor : Muhammad Elvi bin Syamsi, ] Selengkapnya...

Gambaran Hamba Pilihan

Oleh : sofyan
Inilah sifat mereka. Ketika orang-orang bodoh melontarkan ucapan buruk, mereka tidak membalas dengan ucapan yang sama, namun mema’afkan. Senantiasa berkata yang baik, tidak terprovokasi oleh kejahilan orang tersebut.

‘Ibadurrahman (hamba-hamba Ar Rahman sejati). Sosok-sosok pilihan, pribadi dambaan. Mereka dilansir secara tersendiri dalam lembaran-lembaran firman Allah subhanahu wata’ala. Merekalah yang mendapat pujian khusus dari-Nya.

Lalu bagaimana dengan karakteristik hamba-hamba yang memiliki kedudukan mulia tersebut? Ikuti sajian yang berikut! Di antara sifat dan karakter yang melekat pada mereka adalah :
TAWADHU’ (RENDAH HATI)

Allah subhanahu wata’ala menggambarkan keadaan mereka dalam firmanNya, “ (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati” ( Al-Furqan : 63 )
Sifat pertama seorang hamba yang menyandang gelar “ ‘ibadurrahman adalah tawadhu’. Tatkala berjalan di atas bumi ini mereka sangat enteng dan ringan, tidak direkayasa, tidak sombong, ataupun angkuh. Tidak berjalan dengan sangat cepat yang menunjukkan sikap suka mengentengkan dan kasar, juga tidak berjalan dengan sangat pelan yang menunjukkan sifat malas dan kumal. Namun insan-insan pilihan ini berjalan dengan ringan, penuh dengan semangat, tekad, kelelakian, dan jiwa muda.

Merekalah yang mengimplementaskan firmanNya , “ Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan.” (Luqman : 19 ).

Maknanya adalah sedang-sedang saja dalam semua urusan, tidak berlebihan atau keterlaluan sekali.

‘Ibadurrahman berjalan di pelosok bumi untuk mencari rizki dan tuntutan hidup dengan penuh kelembutan dalam koridor yang diperkenankan Allah subhanahu wata’ala. Tidak rakus, tamak, menyia-nyiakan kewajiban, melakukan hal-hal yang diharamkan, atau pun berbuat mubadzir.

Mereka teramat jauh dari sikap keras, melecehkan orang lain, sombong, berbangga, dan berbesar diri. Mereka tidak berbuat kerusakan di muka bumi, mencari ketinggian, lebih mendahulukan keuntungan duniawi yang fana, tidak berusaha semata hanya untuk mengumpulkan harta dan bersenang-senang dengan kenikmatan kehidupan duniawi.

RIFQ ( LEMAH LEMBUT )

Karakter yang berikutnya adalah sebagaimana firman-Nya, “ Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” ( Al Furqan : 63)

Inilah sifat mereka. Ketika orang-orang bodoh melontarkan ucapan buruk, mereka tidak membalas dengan ucapan yang sama, namun mema’afkan. Senantiasa berkata yang baik, tidak terprovokasi oleh kejahilan oran tersebut, malah, mereka mampu menahan lisan dan emosi.

Yang menjadi patokan mereka dalam hal ini adalah Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, insan paling lemah lembut. Begitu indah satu kisah yang menunjukan keagungan beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam, “Suatu ketika ada seorang Arab Badui yang datang kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan berkata kasar, lalu kaum muslimin marah dan ingin memberinya pelajaran, namn hal itu dicegah oleh beliau. Beliau membalas sikap kasar itu dengan kasih sayang dan lemah lembut.” (Hadits Muttafaqun ‘alaih).
BANYAK BERSUJUD DAN BERDIRI

Allah meneruskan gambaran pribadi ini dalam firman-Nya, “Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.”(Al Furqan : 64).

Allah menyebut para hamba-Nya sebagai orang yang mencintai malam hari dengan melakukan ibadah. Mereka bangun saat orang-orang sedang terlelap tidur, waspada saat orang-orang lengah, sibuk menyongsong Rabb mereka, mengantungkan jiwa dan angota badan mereka kepada-Nya. Manakala yang lain terlena dan merasa mantap dengan kehidupan duniawi, mereka menginginkan ‘Arsy ar-Rahman sebab mereka mengetahui bahwa ibadah di kegelapan malam dapat menjauhkan mereka dari sifat riya dan minta dipuji. Ibadah di malam hari juga membangkitkan kebahagiaan di hati dan ketenangan bagi jiwa serta penerangan bagi penglihatan mereka.

Saat berdiri di hadapan Allah dan mengarahkan wajah mereka kepada-Nya, mereka merasakan kelezatan dan kebahagiaan yang tak terkira. Tiada lagi rasa manis setelah manisnya beribadah kepada Allah , bermesra, dan melakukan kontak dengan-Nya. Melakukan Qiyamullail merupakan sifat asli ‘ibadurrahman. Allah menyebut mereka dengan sifat itu dalam banyak ayat dan menganjurkan para Nabi-Nya untuk melakukan hal itu.
TAKUT NERAKA

Sebagaimana firman-Nya, “Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Rabb kami, jauhkan adzab Jahannam dari kami, sesungguhnya adzabnya itu adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (Al-Furqan : 65-66).

Sekalipun ‘ibadurrahman sangat ta’at dan hari mereka dipenuhi dengan ketakwaan, namun mereka senantiasa merasa amalan dan ibadah mereka masih kurang. Mereka tidak melihat hal itu sebagai jaminan dan pemberi rasa aman dari api neraka bila saja tidak mendapatkan curahan karunia dan rahmat-Nya yang dengannya mereka terhindar dari adzab Jahannam. Karena itu, mereka selalu terlihat takut, cemas dan khawatir dengan adzab Jahannam.

Mereka selalu memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar Dia menghindarkan mereka dari adzab Jahannam seluruhnya, baik adzab yang dirasakan penghuni abadinya ataupun penghuni sementaranya. Inilah sifat setiap mukmin ang bersungguh-sungguh dalam berbuat ta’at dan takut akan adzab Allah subhanahu wata’ala sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya yang lain, “ Dan orang-orang yang takut terhadap adzab Rabbnya. Karena sesunguhnya adzab Rabb mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya).” (Al-Ma’arj : 27, 28 ).

EKONOMIS, TIDAK BOROS

Allah subhanahu wata’ala mengatakan, “ Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) merka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu ) di tengah-tengah antara yang demikian.” (Al-Furqan : 7)

‘Ibadurrahman bukanlah orang-orang yang berbuat mubadzir, membelanjakan harta melewati batas keperluan. Karena orang-orang yang berbuat mubadzir adalah saudara-saudara syetan. Syetan selalu menyuruh berbuat keji dan munkar. Mereka juga mengetahui bahwa mereka bertanggungjawab di hadapan Allah subhanahu wata’ala terhadap harta mereka; dari mana mereka peroleh dan kepada siapa mereka infakan.

Mereka juga tidak pernah kikir terhadap diri sendiri dan keluarga mereka, dalam arti teledor memberikan hak mereka dan tidak berinfaq untuk hal yang telah diwajibkan Allah subhanahu wata’ala, sebab mereka mengetahui bahwa Allah subhanahu wata’ala telah mencela kekikiran dan sifat bakhil. Jiwa nan suci menilai buruk sifat bakhil dan mengindari pelakunya.

Metode berinfaq ‘ibadurrahman adalah moderat dan pertengahan, antara bakhil dan boros. Mereka berada di puncak pertengahan antara boros dan bakhil. Mereka meletakkan ayat Allah subhanahu wata’ala, “ Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Al-Isra’: 29)

Maksudnya janganlah kita memiliki sifat bakhil, yang bermuara tidak mau memberi sesuatu kepada siapa pun. Jangan pula bersifat boros dalam mengeluarkan harta, hingga melebihi kadar kemampuan yang ada pada kita. Namun bersifat tengah antara boros dan kikir, itulah hamba yang bijaksana lagi mulia.

Sumber : Shifaat ‘Ibaadirrahman Fii Al-Qu’an, disusun oleh Bagian Ilmiah penerbit Darul Wathan.
Disalin ulang dari majalah Elfata edisi 06 volume 07 tahun 2007 hal 21-23. Selengkapnya...

Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang tua

Islam sangat memperhatikan hak- hak orang tua dan kerabat, oleh karena itu, kita ditekankan untuk mengamalkan dengan baik terutama hak-hak orang tua. hal ini disebabkan orang tualah yang telah melahirkan, mengasuh, mendidik, dan membesarkan kita sehingga kita menjadi manusia yang berguna. Oleh karena itu, kita wajib berbakti kepada kedua orang tua dengan cara menaati, menghomati, mencintai, menyayangi, membahagiakan serta mendo’akan keduanya ketika beliau masih hidup atuapun sudah meninggal dunia.

Adapun keutamaan berbakti kepada kedua orang tua adalah:

1. Berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama.

Dasarnya adalah hadist Rasul yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud Radiallahu ‘Anhu:

Dari Abdullah bin Mas’ud katanya: “Aku bertanya kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam tentang amal –amal yang paling utama dan dicintai oleh Alloh, Nabi shallallahu’alaihi wasallam menjawab “Pertama shalat pada waktunya, (dalam riwayat lain disebutkan shalat diawal waktu), kedua berbakti kepada orang tua, ketiga Jihad di Jalan Alloh .” (HR. Bukhari I/134, Muslim NO. 85. Fathul Baari 2/9)

2. Ridho Alloh tergantung kepada keridhoan orang tua.

Hal ini berdasarkan Hadist berikut ini yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Tirmidzi.

Dari Abdillah bin Amr bin Ash radiallahu ‘anhuma dikatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ridho Alloh tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka Alloh tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad(2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), hakim(4/151-152))

3. Berbakti kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami yaitu dengan cara bertawassul dengan amal shalih tersebut.

Hal ini berdasarkan hadist Nabi shallallahu’alaihi wasallam.

Dari Ibnu Umar: Rasulullah bersabda: pada suatu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki gunung. Ketika mereka ada didalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebgaian mereka berkata pada yang lain, “Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan.” Kemudian mereka memohon kepada Alloh dan bertawassul mellaui amalan tersebut, dengan harapan agar Alloh menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu dari mereka berkata “ Ya Alloh, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut sedagkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku menggembalakan kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada orang tuaku sebelum kepada orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang sudah larut malam dan mendapati orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memereh susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalau aku mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikannya kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini aku berikan kepada kedua orang tuaku. Pagi harinya ketika orang tuaku bangun, aku berika kepada keduanya. Setelah keduanya minum,lalu aku berikan kepada anak-anakku. Ya Alloh seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena Engkau ya Alloh, bukakanlah.” Maka batu yang menutupi pintu goa itu pun bergeser. (HR Bukhari (fathul Baari 4/449 no. 2272) Muslim (2473)(100) Bab Qishshah Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wattawassul bi Shalihil A’mal)

4. Dengan berbakti kepada kedua orang tua kan diluaskan rizki dan dipanjangkan umur.

Hal ini sebagaimana hadist yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim yaitu:

Dari sahabat Anas radiallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung tali silaturahim” (HR Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu Dawud 1693)

Dalam ayat –ayat Al Qur’an atau hadist-hadist lain dianjurkan untuk menyambung tali silaturahim. Dalam silaturahim yang harus didahulukan silaturrahim kepada kedua orang tua sebelum kepada yang lain.

5. Manfaat dari berbakti kepada kedua orang tua yaitu akan dimasukan kedalam Jannah (syurga) oleh Alloh.

Dalam hadist Nabi shallallahu’alaihi wasallam disebutkan bahwa anak yang durhaka tidak akan masuk surga. Dosa-dosa yang Alloh segerakan azabnya di dunia diantaranya adalah berbuat dzlim dan durhaka kepada kedua orang tua. Dengan demikian jika seorang anak berbuat kepada kedua orang tuanya, Alloh akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin Alloh.

Sumber: Birrul Walidain (Yazid bin Abdul Qodir Jawas), Penerbit Darul Qolam Selengkapnya...

Do'a Meraih Keselamatan, Menangkal Bencana

oleh : Abu Bakar bin Muhammad Ali al-Atsari




Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ‘afiat di dunia dan akhirat. Ya Allah, aku memohon ampunan dan ‘afiat dalam agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku dan berilah keamanan dari rasa takutku. Ya Allah, jagalah aku dari depanku, belakangku, kananku, kiriku, atasku, dan aku berlindung dengan kebesaran-Mu dari terbenamnya aku dari arah bawahku.

(Dikeluarkan oleh Abu Dawud: 5074, Ibnu Majah: 3871, dan dishohihkan oleh al-Albani dalam Shohih ibnu Majah:3121)

‘Afiat adalah keamanan yang diberikan Allah bagi hamba-Nya dari segala adzab dan bencana dengan menghindarkannya dan menjaganya dari semua jenis musibah, penyakit, kejelekan, dan perbuatan dosa (lihat Fiqhul Ad’iyyah wal Adzkar oleh Syaikh Abdurrozzaq al al-Badr, hlm. 28 )

FAEDAH :

1. Ibnu Umar radiyallaahu ‘anhu, tatkala menghadirkan hadits ini berkata : “Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan doa ini ketika pagi dan sore hari. ”

2. Urgensi dan keutamaan do’a ini ditandai tatkala Abbas radiyallaahu ‘anhu, paman Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, pernah meminta kepada beliau do’a yang dengannya ia memohon kepada Allah maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya) :

“Wahai Abbas paman Rasulullah, mintalah afiat di dunia dan akhirat”

(HR. Tirmidzi : 3514, lihat Shohih Tirmidzi : 2790).

Berkata al-Mubarokfuri rahimahullah: ” Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menempatkan pamannya pada posisi bapaknya dan beliau melihat hak pamannya sebagaimana hak seorang anak kepada orang tuanya. Dalam pengkhususan beliau dengan sekedar menyuruh pamannya memohon afiat memberikan lecutan motivasi untuk senantiasa membaca doa yang agung ini untuk bertawassul kepada Alloh dengannya dan meminta perlindungan dalam semua urusan.” (Tuhfatul Ahwadzi : 9/348)

Nabi pernah berdiri di atas mimbar pada tahun pertama hijrah lalu beliau menangis kemudian berkata :

“ Mintalah kepada Allah ampunan dan afiat, sesungguhnya seseorang tidaklah dianugerahi setelah keyakinan yang lebih baik dari ‘afiat.”

(HR. Tirmidzi :358, Shohih al-Jami’ : 3632).

Dijelaskan oleh al-Mubarokfuri rahimahullah mengapa beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam menangis : Ada yang mengatakan bahwa beliau menangis karena ia mengetahui peristiwa yang akan menimpa ummatnya berupa fitnah dan mendominasinya ambisi akan harta dan kedudukan maka beliau menyuruh mereka untuk meminta ampunan dan ‘afiat agar mereka terhindar dari segala macam fitnah.” (Tuhfatul Ahwadzi : 10/3)

3. Sebuah peringatan bagi ummat ini..

Diriwayatkan dari Aisyah rhadiyallaahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Akan menimpa akhir umat ini pembenaman ke bumi, pengubahan bentuk ke bentuk yang lebih jelek dan pelemparan.” Aku (Aisyah) berkata: “Apakah kita dibinaskan sekalipun masih ada orang sholih di antara kami? “ Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ya, jika telah merebak kemaksiatan.”

(Dikeluarkan oleh Tirmidzi: 2185, Ibnu Majah:4062, liat Shohih Tirmidzi: 2185).

Dari Shofiyyah rhadiyallaahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Tidak henti-hentinya manusia memerangi kabah ini sampai ada suatu pasukan besar menyerangnya. Tatkala mereka sampai di Baida’ (sebuah tempat yang rata) mereka dibenamkan awal dan akhirnya dan tidak selamat pula di tengah-tengahnya.

(Dikeluarkan oleh Bukhori dalam Kitabul Hajji: 49, lihat Shohih Tirmidzi : 2184 )”

Telah lewat pula pelajaran bagi kita apa yang menimpa Qarun dan pengikutnya, dan seorang Bani Israil yang berjalan dengan ujub ( sombong ) dan memanjangkan pakaian bawahnya hingga ia ditenggelamkan ke dalam bumi sampai hari kiamat ([bisa dilihat dalam - red] HR. Bukhari : 5790)

Wallaahul Musta’an.

~~~Diambil dari Majalah al-Mawaddah edisi ke–8 tahun ke-1, hal 20 dalam bab “Benteng Diri Muslim” dengan sedikit perubahan yang tidak menghilangkan maknanya~~~. Selengkapnya...
 

Mengenai Saya

Foto Saya
dwinggy
Sebuah keinginan untuk mencari cinta sejati, petualangan yang tidak pernah berenti di dunia ini, mencari Islam yang hakiki, haus dengan ilmu Al Quran dan Assunnah, hidup di alam sunnah dengan bahagia. Bahagia di atas manhaj salaf
Lihat profil lengkapku

Pengikut

Cool Blue Outer Glow Pointer
© 2009 Free Blogger Template powered by Blogger.com | Designed by Amatullah |Template Design