. Kajian Salaf: 2009

Kamis, 03 Desember 2009

Jadwal Taklim MTIQ Payakumbuh

INFO KAJIAN UMUM
MAJELIS TAKLIM IBNUL QOYYIM PAYAKUMBUH

A. Ust. Abdul Halim Lc, MA

 Hari : Senin, Ba’da maghrib-Isya
Dilanjutkan ba’da isya
 Tempat : Sekretariat majelis taklim Ibnul
Qoyyim jl. Arisun 47 Payakumbuh
 Materi : 1. Fathul Baari ( Syarh kitab Shahih
Bukhori)
2. Tanya Jawab masalah Agama

B. Ust. Ahmad Daniel, Lc

Hari : Sabtu (Minggu II dan IV)
 Jam 16.30 WIB -Maghrib (khusus muslimah)
o Tempat : Sekretariat Majelis Taklim Ibnul Qoyyim
Jl. Arisun 47 Payakumbuh
o Materi : 1. Fiqh Muslimah
2. Tanya jawab masalah Agama

 Ba’da Maghrib-Isya, dilanjutkan Ba’da isya - 21.30WIB
o Tempat : Mushalla Al Islam (Tarok)
o Materi : 1. Tafsir As Sa’di
2. Tanya jawab masalah Agama

Radio Ranah 107,3 FM ( Khusus Kota Payakumbuh dan sekitarnya)
Mari kita dengarkan bersama-sama radio Ranah FM setiap hari jam 16.30 WIB- Maghrib. Selengkapnya...

Rabu, 11 November 2009

Ponari Sweat

Oleh: Ammi Nur Baits

Sempat sedikit kaget, ketika kami mendengar seorang teman yang pulang ke Tuban (Jawa Timur) naik bus jurusan Jogja-Surabaya turun di Jombang. Tepat ketika turun dari bus, tukang becak, ojek, dan kernet angkot serempak menawarkan jasa tunggangan untuk ke satu arah.. “Ponari… Ponari… Ponari…”, setelah jauh bertolak dari kabupaten Jombang ke arah utara, hampir semua awak bus jurusan Jombang teriak-teriak “Ponari… Ponari… Ponari…”. Laris manis.. seolah hampir semua orang yang menuju ke Jombang diduga kuat mau menuju seorang bocah yang memiliki batu kecil, yakni Ponari. Tak heran jika harus ada ribuan orang rela antri bahkan sampai rela untuk mempertaruhkan nyawanya demi mendapatkan “bau batu ajaib” yang bercampur “keringat tangan” bocah.
Selengkapnya...

Apakah Allah Membutuhkan Perantara?

Oleh : Ari Wahyudi

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Berdoalah kepada-Ku, pasti akan Aku kabulkan” (QS. Al-Mu’min : 60). Setiap hamba pasti membutuhkan sesuatu yang menopang kehidupannya, sehingga dia akan berusaha untuk meraihnya. Ketika mereka tertimpa bencana, mereka pun bersimpuh dan memohon kepada Allah Ta’ala agar dilepaskan dari marabahaya. Namun sangat disayangkan, sebagian kaum muslimin justru terjerumus ke dalam praktek-praktek kesyirikan tanpa mereka sadari karena berdo’a untuk menggapai keinginan mereka itu.

Selengkapnya...

Senin, 09 November 2009

Aqidah syi'ah (mp3)

silakan download mp3 ceramah tentang aqidah syi'ah oleh ust. Abdul Hakim bin amr abdat di link di bawah ini :

Aqidah syi'ah 1 Selengkapnya...

Kamis, 08 Oktober 2009

Banyak Gempa Bumi Dan Banyaknya Kematian Mendadak

Oleh
Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabil


MUKADIMAH
Artikel ini diambil dari sebagian kecil Tanda-Tanda Kiamat Shugro, yang dimaksud dengan tanda-tanda kiamat shugro (kecil) ialah tanda-tandanya yang kecil, bukan kiamatnya. Tanda-tanda ini terjadi mendahului hari kiamat dalam masa yang cukup panjang dan merupakan berbagai kejadian yang biasa terjadi. Seperti, terangkatnya ilmu, munculnya kebodohan, merajalelanya minuman keras, perzinaan, riba dan sejenisnya.

Dan yang penting lagi, bahwa pembahasan ini merupakan dakwah kepada iman kepada Allah Ta'ala dan Hari Akhir, dan membenarkan apa yang disampaiakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, disamping itu juga merupakan seruan untuk bersiap-siap mencari bekal setelah mati nanti karena kiamat itu telah dekat dan telah banyak tanda-tandanya yang nampak.
Selengkapnya...

Ada Apa Di Balik Gempa ?

Oleh
Syaikh. Prof. Dr. Abdurrazzak bin Abdul Muhsin Al Badr

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan, ampunan dan bertaubat kepada-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan kejelekan amalan kita. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan barang siapa disesatkan Allah, maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, tidak ada sekutu baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, pilihan dan kekasih-Nya, yang Dia percayai untuk menyampaikan wahyu dan syariat-Nya kepada umat manusia. Semoga shalawat Allah dan salam-Nya senantiasa tercurah kepada beliau, serta semua keluarga dan sahabatnya.

Kaum mukminin dan para hamba Allah… Bertakwalah kepada Allah karena sesungguhnya orang yang bertakwa kepadaNya akan dijaga dan dibimbing oleh-Nya kepada kebaikan urusan dunia dan akhirat.

Belakangan ini dunia seisinya membicarakan sebuah peristiwa besar, yaitu gempa dahsyat yang karenanya bumi tergoncang hebat, dia berasal dari satu pulau di Indonesia.

Selengkapnya...

Nasehat Dalam Menghadapi Musibah ; Gempa Bumi Dan Bencana Alam

Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Sesungguhnya Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui terhadap semua yang dilaksanakan dan ditetapkan. Sebagaimana juga Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui terhadap semua syari’at dan semua yang diperintahkan. Allah menciptakan tanda-tanda apa saja yang dikehendakiNya, dan menetapkannya untuk menakut-nakuti hambaNya. Mengingatkan terhadap kewajiban mereka, yang merupakan hak Allah Azza wa Jalla. Mengingatkan mereka dari perbuatan syirik dan melanggar perintah serta melakukan yang dilarang.
Selengkapnya...

Kamis, 16 April 2009

Wahai Putriku


Putriku tercinta! Aku seorang yang telah berusia hampir lima puluh tahun. Hilang sudah masa remaja, impian dan khayalan. Aku telah mengunjungi banyak negeri, dan berjumpa dengan banyak orang.


Aku juga telah merasakan pahit getirnya dunia. Oleh karena itu dengarkanlah nasehat-nasehatku yang benar lagi jelas, berdasarkan pengalaman-pengalamanku, yang belum pernah engkau dengar dari orang lain sebelumnya.

Selengkapnya...

Sabtu, 28 Februari 2009

Rahasia di Balik Sakit


Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian, bahkan cobaan dan ujian merupakan sunatullah dalam kehidupan. Manusia akan diuji dalam kehidupannya baik dengan perkara yang tidak disukainya atau bisa pula pada perkara yang menyenangkannya. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiyaa’: 35).

Sahabat Ibnu ‘Abbas -yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir al-Qur’an- menafsirkan ayat ini: “Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” (Tafsir Ibnu Jarir). Dari ayat ini, kita tahu bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Namun di balik cobaan ini, terdapat berbagai rahasia/hikmah yang tidak dapat di nalar oleh akal manusia.
Sakit menjadi kebaikan bagi seorang muslim jika dia bersabar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya. (HR. Muslim)
Sakit akan menghapuskan dosa
Ketahuilah wahai saudaraku, penyakit merupakan sebab pengampunan atas kesalahan-kesalahan yang pernah engkau lakukan dengan hati, pendengaran, penglihatan, lisan dan dengan seluruh anggota tubuhmu. Terkadang penyakit itu juga merupakan hukuman dari dosa yang pernah dilakukan. Sebagaimana firman Allah ta’ala, “Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. asy-Syuura: 30). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya. (HR. Muslim)
Sakit akan Membawa Keselamatan dari api neraka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,” Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan mengahapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi. (HR. Muslim)
Oleh karena itu, tidak boleh bagi seorang mukmin mencaci maki penyakit yang dideritanya, menggerutu, apalagi sampai berburuk sangka pada Allah dengan musibah sakit yang dideritanya. Bergembiralah wahai saudaraku, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api Neraka.” (HR. Al Bazzar, shohih)
Sakit akan mengingatkan hamba atas kelalaiannya
Wahai saudaraku, sesungguhnya di balik penyakit dan musibah akan mengembalikan seorang hamba yang tadinya jauh dari mengingat Allah agar kembali kepada-Nya. Biasanya seseorang yang dalam keadaan sehat wal ‘afiat suka tenggelam dalam perbuatan maksiat dan mengikuti hawa nafsunya, dia sibuk dengan urusan dunia dan melalaikan Rabb-nya. Oleh karena itu, jika Allah mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah, dia baru merasakan kelemahan, kehinaan, dan ketidakmampuan di hadapan Rabb-Nya. Dia menjadi ingat atas kelalaiannya selama ini, sehingga ia kembali pada Allah dengan penyesalan dan kepasrahan diri. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (QS. al-An’am: 42) yaitu supaya mereka mau tunduk kepada-Ku, memurnikan ibadah kepada-Ku, dan hanya mencintai-Ku, bukan mencintai selain-Ku, dengan cara taat dan pasrah kepada-Ku. (Tafsir Ibnu Jarir)
Terdapat hikmah yang banyak di balik berbagai musibah
Wahai saudaraku, ketahuilah di balik cobaan berupa penyakit dan berbagai kesulitan lainnya, sesungguhnya di balik itu semua terdapat hikmah yang sangat banyak. Maka perhatikanlah saudaraku nasehat Ibnul Qoyyim rahimahullah berikut ini: “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah (yang dapat kita gali, -ed). Namun akal kita sangatlah terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia di bawah sinar matahari.” (Lihat Do’a dan Wirid, Yazid bin Abdul Qodir Jawas)
Ingatlah saudaraku, cobaan dan penyakit merupakan tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ta’ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan.” (HR. Tirmidzi, shohih). Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami keyakinan dan kesabaran yang akan meringankan segala musibah dunia ini. Amin.
***
Penulis: Abu Hasan PutraArtikel http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/rahasia-sakit.html

Selengkapnya...

Kamis, 12 Februari 2009

Terimalah Aku Apa Adanya

Di bawah naungan ajaran Islam, pernikahan sepasang insan suami istri menjalani hidup mereka dalam satu perasaan, menyatunya hati dan cita-cita. Namun adakalanya pernikahan harus berjalan di atas kerikil. Apalagi saat pandangan mulai berbeda, tujuan tak lagi sama. Mempertahankan keutuhan dan keharmonisan rumah tangga terasa tak lagi mudah. Di mata kita pasangan selalu serba salah dan penuh kekurangan.

Keluarga Samara

Pernikahan adalah fitrah kemanusiaan. Karenanya Islam menganjurkan, sebab nikah merupakan gharizah insaniyah. Sebagaimana Allah berfirman,

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Ar-Ruum : 30).

Islam memberi penghargaan tinggi pada pernikahan dan Allah menyebutnya sebagai ikatan yang kuat. Dalam al-Quran surat An Nisaa : 21

“… dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”

Demikian agungnya ikatan pernikahan hingga sebanding dengan separuh agama. Begitulah, keputusan dua insan berbeda untuk menikah tentunya dengan pertimbangan matang, faham dan tahu tujuan dari pernikahan. Mengerti betul perbedaan akan disatukan dalam perkawinan. Hingga pemahaman-pemahaman dari ini diharapkan akan membawa pada keharmonisan dan kelangsungan pernikahan pada keabadian.

Pernikahan adalah bangunan yang bertiang Adam dan Hawa yang membangun kecintaan dan kerjasama, penuh mawadah, ketenteraman, pengorbanan, dan juga hubungan rohani yang mulia dan keterikatan jasad yang disyariatkan.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Ar-Ruum :21).

Ayat ini merupakan pondasi kehidupan yang diliputi suasana perasaan yang demikian sejuk. Istri ibarat tempat bernaung bagi suami setelah seharian bekerja keras. Penghiburnya di saat lelah. Suasana rumah yang penuh belas kasih hingga menumbuhkan ketenteraman. Sebaliknya suami yang baik akan memberikan timbal balik yang sama.

Suami sebagai pemimpin rumahnya dengan bantuan dan dukungan istri akan bertindak sebijaksana mungkin mengatur rumah tangganya tanpa harus bersikap otoriter. Dan jika tugas suami istri berjalan seimbang maka akan memberi ketenteraman dan kemantapan dalam hubungan suami istri. Dan anak-anak yang tumbuh dalam “lembaga” yang bersih ini akan tumbuh dengan baik. Sebab individu yang bernaung di dalamnya tahu hak dan kewajibannya sebagaimana sabda Rasulullah n,

“Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggungjawab atas yang dipimpinnya.”

Maka tak heran kalau keluarga harmonis yang saking penuh mawadah warahmah akan mudah diwujudkan. Insyaallah.

Hak dan kewajiban suami istri

Kesan terbaik yang tertangkap dari rumah tangga Nabawi adalah terjaganya hak dan kewajiban dalam hubungan suami istri. Bahkan hak itu tetap diperoleh Khadijah dari Rasulullah meski Khadijah telah wafat hingga membuat Aisyah cemburu. Padahal Aisyah tak pernah berjumpa dengannya. Hal itu semua karena Rasulullah sering mengingat kebaikan dan jasanya.

Keharmonisan dalam rumah tangga akan dengan sendirinya terwujud jika pihak suami atau istri tahu hak dan kewajiban masing-masing. Rasa kasih dan sayang sebagai fitrah Allah di antara pasangan suami dan istri akan bertambah seiring dengan bertambahnya kebaikan pada keduanya. Sebaliknya, akan berkurang seiring menurunnya kebaikan pada keduanya. Sebab secara alami, jiwa mencintai orang yang memperlakukannya dengan berbuat baik dan memuaskan untuknya, termasuk melaksanakan hak dan kewajiban suami istri.

Suami memiliki hak yang besar atas istrinya. Di antara hak itu misalnya:

Menjaga kehormatan dan harga dirinya, mengurusi anak-anak, rumah dan hartanya saat suami tak ada di sisinya. Allah l berfirman :

“….. wanita yang shalihah adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri saat suaminya tidak ada karena Allah telah memelihara mereka…… “ (An Nisa: 34).

Dalam haditsnya Rasulullah bersabda,

“Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya.” (Riwayat Bukhari Muslim).

Berpenampilan menyenangkan di depan suami dan bersikap manis. Sebagaimana Rasulullah bersabda,

“Sebaik-baik wanita adalah yang bisa membuatmu senang saat engkau pandang, menaatimu saat engkau perintah dan menjaga dirinya dan hartamu saat engkau tinggal.” (Riwayat Tabrani)

Hak lain suami adalah tidak mengizinkan istri memasukan orang yang dibenci suami, menjaga rahasia suami istri termasuk dalam urusan ranjang, berusaha menjaga kelanggengan bahtera rumah tangga, tidak meminta cerai tanpa sebab syar’i.

Dari Tsauban, Rasulullah berkata, “wanita manapun yang minta cerai kepada suami tanpa sebab, maka haram baginya mencium bau surga”. (Riwayat Tirmidzi, Abu Daud).

Selain itu istri harus banyak bersyukur dan tidak banyak menuntut. Perintah ini sangat ditekankan Islam, bahkan ancaman Allah tak akan melihatnya pada hari kiamat kelak jika istri berbuat demikian.

“Sesungguhnya Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup)”

Masih banyak hak-hak suami atas istrinya. Di samping itu suami pun harus memberikan hak istrinya serta menjalankan kewajibannya. Di antaranya adalah memberi makan pada istri apabila ia makan, memberikannya pakaian, tidak memukul wajah istri, tidak menjelek-jelekkan kekurangannya, tidak meninggalkan istri melainkan di dalam rumah, memperlakukan dengan lembut dan menggaulinya dengan baik.

Selain suami memiliki kewajiban memberi nafkah lahir batin, suami berkewajiban mengajarkan ilmu agama apalagi ia memegang kepemimpinan dalam rumah tangga. Hingga ia pun wajib membekali diri dengan ilmu yang syar’i, dengan demikian ia akan mampu membawa keluarganya, istri dan anaknya dalam kebaikan. Jika ia tidak sanggup, mengajar mereka, suami harus mengajak mereka menuntut ilmu syar’i bersama ataupun menghadiri majelis-majelis ilmu. Suami pun harus memberi teladan baik dalam mengemban tanggung jawabnya dan atas apa yang dipimpinnya.

Menerima Kekurangan dan Kelebihan

Kita melihat bagaimana al-Qur’an membangkitkan pada diri masing-masing pasangan suami istri suatu perasaan bahwa masing-masing mereka saling membutuhkan satu sama lain dan saling menyempurnakan kekurangan.

Ibaratnya wanita laksana ranting dari laki-laki dan laki-laki adalah akar bagi wanita. Karena itu akar selalu membutuhkan ranting dan ranting selalu membutuhkan akar. Sebagaimana firman Allah dalam al-A’raf 189,

“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya.”

Karena itu, pernikahan tak hanya menyatukan dua manusia berbeda tapi juga menyatukan dua perbedaan, kelebihan dan kekurangan sepasang anak manusia. Dimana masing-masing akan saling mengisi dan melengkapi kekurangan satu dengan yang lain. Sementara menjadikan kelebihan masing-masing untuk merealisasikan cita-cita pernikahan sesungguhnya.

“Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” (al Baqarah : 187).

Dengan memahami hal ini, kehidupan rumah tangga akan tenteram. Dan tenang berlayar, sangat mustahil ditemukan sepasang suami istri yang sempurna segala sesuatunya. Yang bisa dilakukan adalah dengan jalan saling memahami dan menghargai satu sama lain.

Menerima apa adanya kekurangan atau kelebihan pasangan. Tidak membandingkan pasangan kita dengan yang lain. Karena hal-hal seperti ini tidak akan membuat nyaman hubungan namun hanya akan menjadikan kita makin sensitif dengan segala perbedaan. Dan sekali lagi memaafkan semua kekurangan pasangan adalah lebih baik. Hargailah segala kelebihannya. Dan berterima kasihlah atas semua yang telah dikerjakan dan diberikan pasangan pada kita. Insyaallah ini akan membuat makin manisnya hubungan dengan pasangan.

Mungkin ada hal-hal yang tak kita sukai pada pasangan kita, namun bukanlah masih ada hal-hal baik yang kita sukai dan lihat ada padanya? Kita harus bijaksana menyikapi hal ini.

Kita tak perlu berpura-pura dan menutupi kekurangan kita hanya karena takut tak sempurna di hadapan si dia. Karena bisa saja justru hal ini akan menyeret kita pada hal-hal berbahaya. Moralnya saja dengan berbohong menjanjikan ini dan itu serta janji setinggi langit. Padahal kita tahu tak akan bisa memenuhinya. Jika pasangan tahu tentu ia akan marah dan jengkel hingga membuahkan pertengkaran dan hal-hal buruk lain. Bukanlah lebih baik kita selalu tampil apa adanya, karena itu tak akan membebani kita ?

Sungguh, jika si dia benar-benar mencintai kita tentu dia akan menerima kita apa adanya. Mau menerima kekurangan dan kelebihan kita. Tanpa basa-basi. Yang perlu diingat kita selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya, semampu kita. Insyaallah di rumah kita. (ummu fatimah ahmad).

Sumber : majalah-nikah.com

Selengkapnya...

Kepada Anakku yang Durhaka

Anakku yang tercinta, ibu sangat menyayangkan kalau surat ini menjadi sarana komunikasi antara kita, akan tetapi dialah satu-satunya cara yang tersisa padaku, yang memungkinkan bagiku untuk memberitahukanmu tentang hal-hal yang harus kamu dengar dariku sebelum ibu meninggalkan kefanaan ini. Ibu, semenjak kamu menipu dan membuat ibu masuk ketempat (rumah sakit) ini, walaupun ibu tidak menginginkannya .. ibu tidak melihatmu kecuali sedikit sekali, oleh karena itu sekarang ibu ingin berbicara dan kamu akan mendengarkannya tanpa bisa memotong perkataan ibu.

Anakku tercinta … ketika surat ini sampai kepadamu berarti ibu telah meninggalkan kehidupan ini, dan mungkin saja kamu tidak akan membaca suratku ini selama-lamanya, oleh karena itu ibu merasa merasa perlu menyebar-luaskannya sehingga orang selainmu ikut membacanya, dengan demikian setiap anak yang durhaka adalah anakku …

Wahai anakku, sesungguhnya ibu merasa akan mati dalam waktu dekat, dokter telah memberitahukan bahwa kondisi kesehatan ibu kian melemah … dan keengganan ibu untuk mengkonsumsi obat membuat ibu membutuhkan darah tambahan dalam jumlah besar … ketika itu ibu berusaha untuk bersikeras agar tidak makan obat … akan tetapi kehendak dokter memaksaku untuk menyetujuinya karena ibu adalah seorang wanita yang mengimani bahwasanya darah-darah tersebut tidak akan mengembalikan sisa-sisa kehidupan ke-hati dan ruhku … karena pada detik-detik ini ibu melihat sayap-sayap malaikat maut didalam kamarku.

Wahai anakku, janganlah mengira, bahwa ibu dengan kata-kata ini berusaha untuk menarik simpatimu agar datang kepadaku. Tidak, bukan ini tujuan dan maksudku, karena ibu telah wasiatkan kepada pembawa surat ini agar tidak menyerahkannya kepadamu kecuali setelah ibu meninggalkan kehidupan. Karena ibu tahu bahwasanya selama ibu masih hidup kamu tidak akan membacanya, akan tetapi mungkin kamu akan membacanya setelah kematianku, karena kamu tahu bahwa dengan membacanya setelah kematianku tidak akan memberikan tanggung jawab apa-apa .. akan tetapi ini bukan berarti ibu tidak berangan-angan untuk melihatmu terakhir kalinya sebelum ibu mati, bukan saja karena ibu merindukanmu … akan tetapi juga karena lain-lain hal …

Diantaranya :

Pertama : ibu tidak ingin melewatkan sa’at-sa’at terakhir umur ibu sendirian, hanya ditemani oleh ketakutan-ketakutan dan pikiran-pikiran. Ibu berangan-angan seperti seorang muslim lainnya, pada sa’at-sa’at seperti itu mendapatkan orang yang menghormati ke-manusiaan-ku dan memperhatikan urusanku, mengarahkan wajahku kekiblat, dan mentalkinkanku dua kalimat syahadat serta mendo’akan rahmat untukku … apakah berlebihan apabila ibu berangan mendapatkan hak ibu yang islam sendiri telah menjaminnya untukku??

Sesungguhnya kesendirian yang ibu perhatikan pada kebanyakan wanita sepertiku mendorongku mengangankan apa yang ibu angankan …

Sesungguhnya kematian ditempat ini tidak ada harganya .. karena si sakit tidak lebih dari tempat tidur yang kosong pada hari pertama untuk diisi pada hari berikutnya oleh pesakitan lain, menanti gilirannya diatas papan penantian! Karenanya ibu tidak terlalu bersedih mendengar kematian salah seorang pasien. Kesedihanku yang paling besar adalah ketika ibu tahu bahwa dia, disa’at-sa’at kematiannya sendirian, tidak ada orang disisinya yang mentalkinkannya .. tidak ada orang yang dicintainya yang meneteskan air mata sedih karena kapergiannya .. selain dari air mata teman-teman sesama pasien yang sama-sama meniti jalan kesedihan …

Kedua : sesungguhnya ibu ingin mema’afkanmu .. dan ini tidak bisa ibu lakukan apabila kamu tidak datang kepadaku dengan air mata penyesalan diwajahmu seraya kamu berkata, “Ma’afkan saya Ibu” … tahukah kamu, kalau kamu melakukan ini ibu akan melupakan semua masa lalumu, dan ibu akan berdo’a kepada Allah agar Ia mengampuni segala kesalahanmu terhadapku. Ibu akan memohon dengan merendahkan diri kepada-Nya agar akhir hayatmu tidak seperti akhirku … akan tetapi ibu yakin bahwa kamu tidak akan melakukannya … dan kamu tidak akan datang … oleh karena itu janganlah menanti ma’af dariku wahai anakku … karena ibu, walaupun mema’afkanmu .. ibu tidak akan menjamin bahwa kamu akan selamat dari azab Allah yang tidak pernah lupa dan tidak tidur …

Ibumu yang terluka

Sumber : Abuzubair.net

Selengkapnya...

Cinta Sampai Mati


Hadits yang menakjubkan, jarang ditampilkan padahal sangat dibutuhkan khususnya para suami …

Hadits ini mewasiatkan kaum pria untuk berbuat baik kepada wanita, memperlakukan mereka dengan lembut, bersabar terhadap kekurangan mereka bahkan hadits ini mendorong untuk tidak mentalak mereka serta tetap menjaga ikatan suami istri hingga mati.

Aduhai .. alangkah indahnya cinta suami-istri jika meneladani rumah-tangga Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama.

Sungguh akan menjadi kisah cinta paling indah!!

Imam Ath-Thobroni meriwayatkan di Al-Mu’jamul Kabir (20/374, no.648) dari hadits Al-Miqdam bin Ma’di Karb rodhiyallahu ‘anhu dengan isnad shohih, bahwasanya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallama berdiri di hadapan manusia. Maka ia memuji dan menyanjung Allah, kemudian bersabda,


إن الله يوصيكم بالنساء خيراً إن الله يوصيكم بالنساء خيراً فإنهن أمهاتكم ، وبناتكم ، وخالاتكم
إن الرجل من أهل الكتاب يتزوج المرأة وما يعلق يداها الخيط ؛ فما يرغب واحد منهما عن صاحبه حتى يموت هرماً

“Sesungguhnya Allah mewasiatkan kepada kalian agar memperlakukan wanita dengan baik. Sesungguhnya Allah mewasiatkan kalian agar memperlakukan wanita dengan baik. Sesungguhnya mereka adalah ibu-ibukalian, putrid-putri kalian dan bibi-bibi kalian. Sesungguhnya ada seorang dari Ahli Kitab yang menikahi seorang wanita , dan ia tidak pernah mengikat tangan wanita itu dengan benang. Maka salah satu dari keduanya tidak membenci pasangannya sampai mati”.

Di hadits ini, setelah Rasulullah sholllahu ‘alaihi wa sallama mewasiatkan untuk memperlakukan wanita dengan baik. Beliau menceritakan tentang akhlak seorang suami yang bersabar dalam menghadapi istrinya yang masih muda dan kasar terhadapnya. Akhlak istrinya yang buruk tersebut tidak membuatnya menalaknya. bahkan Ia tetap bersabar sampai ia mati.

Ibnul Atsir[1] menukilkan dari Al-Harby ia mengatakan, “Karena usia wanita itu yang masih kecil dan sifatnya yang kurang lembut. Maka laki-laki itu bersabar menghadapinya sampai mati. Maksudnya, beliau shollallahu ‘alaihi wa sallama memotivasi para sahabatnya untuk memperlakukan wanita dengan baik, bersabar menghadapi mereka. Dan (maksudnya) Ahli Kitab melakukan itu terhadap wanita-wanita mereka”.

Maka hendaklah orang-orang yang tidak baik mu’amalahnya dengan wanita, bersikap keras dan kasar kepada mereka, membuka hati sebelum membuka mata dan telinganya terhadap hadits ini!!

Sungguh di hadits yang mulia ini terdapat ‘ibroh bagi orang-orang yang tidak menjaga hak-hak wanita. Juga bagi orang-orang yang tertipu dengan propaganda barat yang mengatas namakan hak-hak wanita..ketahuilah ! tidak akan mulia wanita kecuali di bawah naungan islam.

Dah berhagialah engkau wahai saudariku muslimah serta bersyukurlah atas hidayah dan taufik Allah kepadamu untuk menjadi wanita muslimah.

Untukmu …

Dan untuk setiap muslim, kuhadiahkan hadits yang mulia ini. (wallahu a’lam bish showab).
Sumber : Abuzubair.net Selengkapnya...

Rabu, 21 Januari 2009

Tuhmah ( tuduhan) berawal dari su'udzon

berawal dari suuzdzon buruk Sangka, penyakit hati yang berbahaya. Kita harus hati-hati, karena kalau hati kita tidak dibersihkan dari penyakit ini, maka kita tidak akan bisa bertaqarub dengan Allah, dan tidak bisa meni’mati hidup ini, malah kita akan sengsara dan menderita. Apa Bahayanya Suuzdon?
a. Mengakibatkan kekeruhan dan perpecahan dimasyarakat
b. Dapat memutusakan tali silaturrahmi antara keluarga dan karabat
c. Dapat membawa orang yang suuzdzon berbuat dosa-dosa yang lain seperti ‘tajasus (memata-matai) ‘ghibah’ dan curigad. Kalau suuzdzon ini dibiarkan, maka akan menjadikan ‘tuhmah’ atau tuduhan yang belum tentu benar dan dapat membawa pertumpahan darah.

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujuraat 12)

Disinilah Allah azza wajalla memerintahkankan kepada sesorang untuk melakukan ‘tabayun’, investigasi agar tidak terjadi tuhmah yang dapat mengakibatkan pertumpahan darah.

Tajasus dan Ghibah
Mengapa ayat diatas setelah berbicara masalah suuzdon, langsung berbicara masalah ‘tajasus’ (memata-mati) dan ghibah (mengupat)? Karena umumnya kalau orang sudah suuzdzon, suka ingin tahu, benar atau tidak sangkaan buruknya itu. Maka dia akan men-gadakan tajasus. Dan kalau hasil tajasusnya itu benar, maka dia akan menceritakannya kepada orang lain, maka dengan demikian dia telah bebuat ‘ghibah’ yang dilarang dengan keras oleh Islam.

Ghosip
Misalnya seorang istri menerima telepon dari seseorang tentang suaminya:”Hai hati-hati lo, suamimu punya hubungan dengan perempuan lain.” Maka sebagai istri yang baik seharusnya jangan langsung percaya, atau mengadakan investigasi. Malah sebaiknya dijawab, dengan kata-kata seperti:”saya tidak akan buruk sangka sama suami saya, saya akan memohon kepada Allah Azza wajalla untuk melindungi suami saya yang tercinta. Ah mungkin teman saya salah sangka.” Dengan demikian maka hati si-istri akan merasa lega. Kalau tidak maka, suasana kekeluargaan pasti akan keruh. Semua tingkah laku suami akan dicuri-gai. Setiap suami pulang terlambat, atau menelepon seseorang, siistri langsung akan curiga. Akhirnya si istri hidupnya menderita, dan tidak bahagia lagi.
Anak Pulang Lambat
Suatu hari seorang ibu agak gelisah kare-na anaknya yang perempuan pulang kerja agak terlembat. Daripada curiga atau su-uzdzon, siibu malah solat dan berdo’a: “Ya Allah! Engkau yang Maha Mengetahui segala sesuatu, segala rahasia yang ada di alam ini. Engkau tahu apa yang terjadi pada anak saya. Saya tidak mau buruk sangka, maka, ya Allah jagalah dia, janganlah saya dipisahkan denganya.” Baru saja selesai siibu itu berdo’a, terdengar suara telepon mendering, “Ibu maaf saya hari ini pu-langnya agak lambat, karena ada lembur (overtime), sebentar lagi saya pulang bu!.” Demikian terdengar suara anaknya. Itulah yang disebut dengan suara hati atau kontak batin. Siapa yang menghubungkan perasaan ibu yang gelisah itu kepada anaknya?. Adalah Allah yang mendengar do’a ibunya yang tidak suudzon itu. Itulah diantara keuntungan berhusnuzdzon (baik sangka) kepada Allah dan kepada orang lain.
Contoh-contoh di atas dapat menjadi pelajaran bagi kita agar berhusnudzon terhadap sesuatu hal.
Sekarang ini kita hidup pada zaman yang sulit, penuh kerusakan dan fitnah. Kita hidup pada zaman yang orang-orangnya hidup dengan penuh kontradiksi, kecuali insan-insan yang Allah berikan rahmat-Nya kepadanya (yang akan terlindung dari fitnah ini). Kontradiksi, yang kini sebagian orang dari umat ini sudah terbiasa bergaul dan hidup dengannya, telah menjerumuskan mereka ke dalam ketidakpahaman. Bahkan menjerumuskan ke dalam pemahaman yang keliru dan terbalik. Karena, apabila ketidakpahaman sebagai suatu kesalahan yang ringan, maka pemahaman yang keliru dan terbalik adalah kesalahan yang berlipat ganda dan fatal. Akhirnya, jatuhlah manusia ke dalam kejahilan (kebodohan), yang pada hakikatnya berasal dari diri mereka sendiri. Namun, kemudian mereka putar-balikkan, mereka tuduhkan dan mereka lontarkan kepada orang lain.

MENUDUH ADALAH "LAGU LAMA" ORANG-ORANG BODOH DAN MENYIMPANG
Pintu tuduhan dan lontaran syubhat merupakan pintu yang sudah lama dan usang. Pintu ini sudah sering menimpa orang-orang yang konsisten dengan al Haq (kebenaran). Jarang di antara mereka yang selamat dari tuduhan ini. Bahkan Rabbul 'Alamin (Allah) Subhanahu wa Ta’ala pun terkena tuduhan-tuduhan dusta, dan hanya bagi-Nya segala perumpamaan yang Maha Tinggi. Allah pun dituduh tanpa haq sama sekali! Hingga Allah menurunkan ayat-ayat yang banyak untuk membantah orang-orang bodoh yang dipenuhi dengan syubhat. Orang-orang bodoh itu tidak menghargai dan tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benar penghargaan dan pengagungan. Seperti firman-Nya

“Artinya : Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." [Al-Ikhlash : 1-4]

Sebagai bantahan kepada orang-orang bodoh yang berkata bahwa Allah memiliki anak. Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi.

Rasulullah Shallallahu ‘laiahi wa sallam pun dituduh. Beliau dituduh sebagai seorang penyair. Allah pun turunkan ayat untuk membantah tuduhan tersebut. Allah berfirman.

“Artinya : Dan al-Qur`an itu bukanlah perkataan seorang penyair, . .”[Al-Haqqah : 41]

Para sahabat radhiyallahu ‘anhum juga dituduh. Mereka dituduh, bahwa mereka merebut kekuasaan dan kepemimpinan. Mereka dituduh dengan tanpa haq. Dan begitulah seterusnya! Mereka (para sahabat) dan orang-orang yang berpegang teguh dengan al Haq terus dituduh dan dituduh.

Lihatlah kaum Nuh ‘Alaihis Sallam ! Mereka menuduh Nabi mereka. Padahal ia telah tinggal dan hidup bersama mereka dalam waktu yang sangat lama, namun, ia tetap tidak selamat dari tuduhan. Mereka menuduhnya tatkala sudah tidak mampu lagi mengungkapkan dan mengemukakan hujjah, dalil, dan bukti kepada Nabi Nuh Alaihis Sallam . Bagaimana firman Allah tentang mereka? Allah berfirman.

“Artinya : Mereka berkata; "Hai Nuh! Sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami adzab yang kamu ancamkan kepada kami! Jika kamu termasuk orang-orang yang benar". [Hud : 32]

Mereka melontarkan tuduhan-tuduhan kepadanya. Mereka menuduh nuh sebagai tukang jidal (bantah). Padahal (mereka mengetahui), bahwa Nuh menyampaikan al Haq, berbicara dengan yang haq, dan tidaklah ia berpegang teguh kecuali dengan al Haq, karena ia seorang Nabi! Namun betapapun demikian, orang-orang yang menyelisihi al Haq tetap tidak mau tunduk dan patuh. Bahkan mereka semakin membangkang, mengejek, mencemooh, dan mendustakan. (Akhirnya) mereka pun semakin jauh terperosok ke dalam syubhat, dan semakin gencar melontarkan syubhat.

SYUBHAT BERSUMBER DARI DUA PENYAKIT BERBAHAYA
Tuduhan-tuduhan yang dilontarkan dengan dibalut pakaian syubhat ini bersumber dari dua penyakit kronis yang telah menyerang para pelakunya.
Penyakit pertama : Ialah sedikitnya ilmu. Seandainya pada diri mereka terdapat ilmu, bukti, dan penjelasan yang benar, tentulah al haq dan al huda (petunjuk) itu dapat langsung dikenal dengan mudah dari para da'i dan orang yang berpegang teguh dengannya. Namun, sayangnya mereka bagaikan perumpamaan Arab (dia tetap seekor kambing walaupun terbang). Mereka - memaksakan diri- ingin memunculkan segala sesuatu yang ada dalam pikiran-pikiran dan kepala-kepala mereka, walaupun dengan syubhat yang paling lemah sekalipun, dan meskipun dengan sebab yang paling remeh sekalipun.
Penyakit kedua : Yaitu lemah dan tipisnya agama. Seandainya agama mereka kokoh dan kuat, tentulah tidak akan tergesa-gesa melontarkan tuduhan-tuduhan yang mereka bangun berdasarkan prasangka, ketidakpastian dan tanpa ilmu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabdakita hidup pada zaman yang sulit, penuh kerusakan dan fitnah. Kita hidup pada zaman yang orang-orangnya hidup dengan penuh kontradiksi, kecuali insan-insan yang Allah berikan rahmat-Nya kepadanya (yang akan terlindung dari fitnah ini). Kontradiksi, yang kini sebagian orang dari umat ini sudah terbiasa bergaul dan hidup dengannya, telah menjerumuskan mereka ke dalam ketidakpahaman. Bahkan menjerumuskan ke dalam pemahaman yang keliru dan terbalik. Karena, apabila ketidakpahaman sebagai suatu kesalahan yang ringan, maka pemahaman yang keliru dan terbalik adalah kesalahan yang berlipat ganda dan fatal. Akhirnya, jatuhlah manusia ke dalam kejahilan (kebodohan), yang pada hakikatnya berasal dari diri mereka sendiri. Namun, kemudian mereka putar-balikkan, mereka tuduhkan dan mereka lontarkan kepada orang lain. “Artinya : ..Dan barangsiapa yang berkata kepada seorang mukmin sesuatu yang tidak ada padanya, Allah akan tempatkan dia di radghatul-khabal, sampai ia keluar dari apa yang ia ucapkan” [2]
Dan radghatul-khabal adalah cairan (perasan) para penghuni neraka”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Artinya : Waspadalah kalian dari berprasangka, karena sesungguhnya prasangka itu sedusta-dusta perkataan…” [3]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Artinya : Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya, seperti ia mencintai untuk dirinya sendiri” [4]
Seandainya pada diri mereka terdapat ilmu yang cukup dan keimanan yang melindungi (mereka dari perbuataan tercela ini, Red.), tentulah mereka tidak akan berani menyelami samudera tuduhan, fitnah, celaan, dan syubhat yang memecah-belah umat ini.. Inilah salah satu syubhat dari beragam syubhat mereka, yang akan datang bantahan dan jawabannya, insya Allah Ta'ala

NASIHAT AL IMAM IBNUL QAYYIM DALAM MENGHADAPI SYUBHAT
Al Imam Ibnul Qayyim -dalam kitabnya Miftahu Daris-Sa'adah- berkata: "Tatkala syubhat-syubhat begitu banyak bertumpuk di depan diriku, dan tatkala keinginan-keinginan (tidak baik) berdatangan kepadaku, aku adukan semuanya ini kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah" [5]
Jadi, ketika syubhat-syubhat muncul, pada saat itu muncul pula kegelapan. Lalu dengan adanya ilmu, datanglah cahaya terang.
Syubhat-syubhat telah mendatangi seorang murid ini (al Imam Ibnul Qayyim). Lantas ia pun segera bergegas menuju gurunya untuk belajar, meminta fatwa dan penjelasan tentang al haq dari gurunya.
Ia berkata, "Aku pun pergi kepada Syaikh kami, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Lalu aku beritahu beliau tentang syubhat-syubhat dan keinginan-keinginan (buruk) ini. Beliau berkata kepadaku,'Jadikan hatimu seperti cermin; jika datang syubhat kepadamu, syubhat tersebut akan kembali berbalik kepada orang yang melontarkan dan mengatakannya. Dan jangan jadikan hatimu seperti busa; jika datang syubhat kepadamu, ia akan menyerap dan menelannya'."
Demikianlah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menasehati muridnya, hingga al- Imam Ibnul Qayyim pun berkata: "Demi Allah, aku belum pernah mendapatkan manfaat setelah aku masuk Islam dari sebuah wasiat dan nasihat seperti manfaat (yang aku dapatkan) pada wasiat dan nasihat ini"[6]
__________Foote Note[1].Yang disampaikan sebelumnya oleh Syaikh Salim bin Id Al-Hilali –hafizhahullah-[2]. HR Abu Dawud (3/305 no. 3597), Ahmad (2/82), dan lain-lain, dari hadits Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dan ini lafazh dalam Sunan Abi Dawud. As-Silsilah ash-Shahihah (1/798 no. 437)[3]. HR Al-Bukhari (5/1976, 2253 no. 4849 dan 5717, 6/2474 no. 6345), Muslim (4/1985 no. 2563), dan lain-lain, dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.[4]. HR Al-Bukhari (1/14 no. 13), Muslim (1/67, 68 no. 45), dan lain-lain, dari hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu[5]. Syaikh Ali bin Hasan –hafizhahullah- membawakan perkataan Al-Imam Ibnul Qayyim ini secara makna. Lihat Miftahu Daris Sa’adah (1/442-443)[6]. Perkataan Syaikhul Islam dan Al-Imam Ibnul Qayyim ini pun dibawakan Syaikh Ali bin Hasan -hafizhahullah- secara makna. Kemudian beliau mengomentari wasiat syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ini dan berkata : “Kata-kata yang sudah sepantasnya ditulis dengan air mata, karena begitu agungnya. Maka, hafalkanlah!”. Lihat catatan kaki dalam tahqiq beliau terhadap kitab ini, Miftahu Daris Sa’adah (1/443)\
Dirangkum dari berbagai sumber Selengkapnya...
 

Mengenai Saya

Foto Saya
dwinggy
Sebuah keinginan untuk mencari cinta sejati, petualangan yang tidak pernah berenti di dunia ini, mencari Islam yang hakiki, haus dengan ilmu Al Quran dan Assunnah, hidup di alam sunnah dengan bahagia. Bahagia di atas manhaj salaf
Lihat profil lengkapku

Pengikut

Cool Blue Outer Glow Pointer
© 2009 Free Blogger Template powered by Blogger.com | Designed by Amatullah |Template Design